Oleh : Kamarudin
Prodi
Pendidikan Olahraga Pascasarjana
UNESA Surabaya
Abstract
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan
yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk mencapai tujuan. Pendidikan
jasmani makin penting dan strategis dalam kehidupan era teknologi yang sarat
perubahan, persaingan dan kompleksitas. Pendidikan jasmani merupakan sarana
yang efektif dan efisien untuk meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab,
kreativitas dan daya inovasi serta mengembangkan kecerdasan emosional.
Sebuah kegiatan pengembangan, dapat
dilakukan apabila terdapat data hasil analisis kebutuhan berdasarkan kondisi
lapangan. Berdasarkan data tersebut baru
dapat disusun rencana pengembangan, dan berdasarkan rencana yang disusun, maka
dilakukan pengembangan produk untuk diterapkan.
Kata Kunci: Pengembangan, pembelajaran, pendidikan jasmani.
A. PENDAHULUAN
Peraturan
Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan,
dimaksudkan sebagai upaya penjaminan mutu pendidikan kepada pengguna (user),
agar mereka memperoleh layanan minimal yang standar (sama), sehingga diperlukan
standar tertentu yang harus dipenuhi, hal ini mengharuskan kita yang berada di
pendidikan tinggi (PT) secepatnya berbenah untuk mempersiapkan diri.
Upaya melakukan standarisasi
penjaminan mutu pendidikan di perguruan tinggi yang bersifat kelembagaan
tersebut, telah dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT), dengan melakukan akreditasi terhadap program studi yang ada di PT.
Penjaminan mutu pendidikan memiliki konsekuensi adanya tuntutan kompetensi
tertentu yang harus dimiliki guru berupa: (1) penguasaan bidang studi, (2)
pemahaman tentang peserta didik, (3) penguasaan cara pembelajaran, dan (4)
pengembangan kepribadian dan keprofesionalan, merupakan konsekuensi yang harus
diemban oleh guru, termasuk guru pendidikan jasmani (Dikti, 2004). Oleh karena
itu pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional (PP. No. 19; 2005).
Kondisi tersebut merupakan tantangan yang harus kita hadapi, sebagai akibat
globalisasi. Oleh karena itu guru juga dosen harus selalu memperbaiki diri
(berubah) sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Globalisasi menuntut perubahan
sesuai dengan perkembangan teknologi. Selaras dengan hal tersebut, kita sebagai
pendidik, yang mendidik calon pendidik harus siap menyongsong dan menerima
perubahan, kalau tidak, maka kita akan ditinggal oleh perubahan.
Menyikapi arus perubahan
tersebut, kita dituntut untuk lebih kreatif menciptakan berbagai upaya untuk
menyiapkan mahasiswa kita agar memiliki kompetensi yang cukup untuk menunjang
persaingan satu dekade ke depan. Penguasaan teknologi informasi merupakan
kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi untuk “mahasiswa kita”.
Untuk menghasilkan calon
pendidik yang kompeten saat ini diperlukan inovasi tertentu, salah satunya
melalui pengembangan pembelajaran sebagai upaya menyajikan materi yang lebih
menarik, manusiawi dan mempercepat penguasaan kompetensi merupakan suatu
kebutuhan yang tidak dapat ditawar.
B. KAJIAN
PUSTAKA
1. Pembelajaran
Pendidikan Jasmani
Pendidikan
jasmani makin penting dan strategis dalam kehidupan era teknologi yang sarat
perubahan, persaingan dan kompleksitas. Hal tersebut menyangkut pembentukan
watak dan kepribadian bangsa serta usaha pengembangan dan peningkatan mutu
sumber daya manusia secara berkelanjutan. Pendidikan jasmani merupakan sarana
yang efektif dan efisien untuk meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab,
kreativitas dan daya inovasi serta mengembangkan kecerdasan emosional (Wiranto
Arismunandar, 1999).
Pendidikan
jasmani merupakan pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai media
untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan
perencanaan yang sistematik, agar mampu meningkatkan individu secara organik,
neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional (Depdiknas; 2003a).
Pendidikan
jasmani memiliki tujuan: (a) meletakkan landasan karakter moral, (b) membangun
landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi,
(c) menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, (d) mengembangkan sikap sportif,
jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis,
mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan
olahraga, (e) mengembangkan keterampilan mengelola diri dalam pemeliharaan
kebugaran (Depdiknas; 2003b). Pendidikan
jasmani yang disajikan di sekolah memiliki fungsi antara mengembangkan aspek:
(a) organik, (b) neuro muskuler, (c) perseptual, (d) sosial, dan (e) emosional
(Depdiknas; 2003b). Hal tersebut selaras dengan pendapat Annarino (1980) yang
menyatakan bahwa pendidikan jasmani yang baik harus mampu mengembangkan empat
aspek, yaitu: (a) aspek fisik, (b) psikomotor, (c) kognitif, dan (d) afektif.
Keempat aspek tersebut dapat dicapai apabila pelaksanaan kegiatan
mepertimbangkan empat aspek: (a) prinsip, (b) conten, (c) strategi
pembelajaran, dan (d) ketepatan alat penilaian yang digunakan.
Dalam
kaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, sistematika
pembelajaran perlu diikuti secara prosedural, mulai dari; pemanasan 5-10% dari
waktu keseluruhan, latihan inti 80-90% dan penenangan atau penutup pelajaran
memerlukan waktu 5%. Agar pembelajaran pendidikan jasmani lebih efektif, waktu
ganti pakaian perlu juga diperhitungkan.
2. Langkah
Pengembangan
Sebuah kegiatan pengembangan, dapat dilakukan apabila terdapat data hasil
analisis kebutuhan berdasarkan kondisi lapangan. Berdasarkan data tersebut baru dapat disusun
rencana pengembangan, dan berdasarkan rencana yang disusun tersebut, maka
dilakukan pengembangan produk untuk diterapkan. Dalam konteks pengembangan
pembelajaran pendidikan jasmani, maka langkah research & development
yang dikembangkan oleh Borg & Gall (1983) dapat digunakan sebagai upaya
untuk melakukan langkah pengembangan. Langkah tersebut antara lain sebagai
berikut:
(1) Melakukan analisis kebutuhan
(2) Melakukan perencanaan
(3) Mengembangkan produk (pembelajaran)
(4) Uji coba produk pengembangan
(5) Revisi produk pengembangan
(6) Uji coba lapangan
C. PEMBAHASAN
Secara
rinci upaya langkah pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Analisis
Kebutuhan
Pada
tahap pertama ini diperlukan berbagai informasi terkait dengan pembelajaran
pendidikan jasmani. Informasi tersebut dapat berupa; persiapan mengajar,
pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Langkah pengumpulan
informasi tersebut dapat dilakukan dengan membaca literatur, observasi
lapangan, wawancara dengan guru maupun siswa.
Berbagai
informasi yang terkait dengan pembelajaran pendidikan jasmani dapat digunakan
sumber data dalam melakukan analisis kebutuhan. Contoh: Dilakukan penelitian
terhadap persiapan mengajar guru pendidikan jasmani SMP Negeri di Kota Semarang
dengan menggunakan panduan wawancara dan dokumentasi dan diperoleh data seperti
tabel 1.
Tabel 1. Data persiapan mengajar guru
pendidikan jasmani SMP Negeri di Kota Semarang n = 40
NO
|
JENIS KEGIATAN
|
PERSENTASE DILAKUKAN
|
KET
|
1
|
Program tahunan
|
70%
|
|
2
|
Program semesteran
|
50%
|
|
3
|
Menyusun silabus
|
10%
|
|
4
|
Menyusun rancangan pengajaran
|
10%
|
|
5
|
Menyusun lembar penilaian
|
10%
|
|
Berdasarkan data tersebut, maka saat ini
guru pendidikan jasmani Kota Semarang
memerlukan pelatihan tentang persiapan mengajar.
2. Perencanaan
Temuan
data lapangan merupakan dasar untuk menyusun rencana kegiatan pengembangan,
sehingga pengembangan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan
lapangan. Berdasarkan temuan data pada Tabel 1. maka dapat ditentukan tujuan
pengembangan berupa pelatihan guru pendidikan jasmani dalam menyusun rencana
pembelajaran. Ruang lingkup materi kegiatan meliputi; menyusun silabus,
rancangan pengajaran, dan penyusunan alat penilaian. Skala kegiatan pelatihan
untuk guru pendidikan jasmani SMP Negeri di Kota Semarang yang mendesak adalah
pelatihan penyusunan persiapan mengajar.
Perencanaan
kegiatan ini juga harus mempertimbangkan dari segi: man, money, material,
method. Manusia (man) terkait dengan siapa panitianya,
pesertanya, instrukturnya. Money terkait
dengan pendanaan atau sumber dana, dari mana dan berapa besarnya. Material terkait
dengan bahan yang diperlukan dalam pelatihan, material ini bukan hanya bahan
ATK, tetapi juga isi atau material pelatihan yang akan disajikan. Method
terkait dengan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan, siapa mengerjakan apa,
dan kapan waktunya. Metode juga mempertimbangkan proporsi beban pelatihan, yang
tentunya berbeda dengan seminar.
3. Pengembangan
Produk
Pengembangan produk dititik
beratkan pada persiapan menyusun tujuan instruksional, buku atau alat penilaian
kegiatan. Dalam contoh di depan, maka pengembangan produk dapat berupa buku
panduan pelatihan menyusun persiapan mengajar, tata cara penggunaan panduan,
sampai dengan menyusun alat penilaian untuk mengukur keberhasilan pelatihan.
Pada tahap ini tersusun sebuah
model atau prototipe yang merupakan miniatur dari kondisi yang diperlukan oleh
peserta pelatihan. Produk itulah yang akan digunakan dalam pelatihan.
Penyusunan produk dilakukan oleh orang yang ahli atau didampingi oleh yang ahli
dalam bidangnya. Keahlian tersebut dapat berupa ahli isi (materi) dan ahli
pembelajar (perancang pembelajaran).
Validasi isi dilakukan oleh
orang yang ahli pendidikan jasmani dosen ilmu keolahragaan/pendididikan jasmani
atau guru pendidikan jasmani yang menguasai isi materi tersebut.
4. Uji
Coba Kelompok Kecil
Setelah
produk pengembangan tersebut dihasilkan, maka dilakukan uji coba dalam skala
kecil 6-12 orang guru pendidikan jasmani, dilakukan pelatihan dengan
menggunakan produk yang disusun.
Uji
coba tersebut dilakukan untuk melihat kemudahan peserta pelatihan dalam
memahami produk pengembangan, sehingga para peserta mudah menyusun bahan
pembelajaran. Kelemahan yang ada dalam produk tersebut digunakan untuk
memperbaiki produk.
5. Revisi
Produk Pertama
Hasil
uji coba tersebut dianalisis untuk disempurnakan, sesuai dengan masukan yang
diberikan oleh guru pendidikan jasmani ketika mengikuti pelatihan. Dengan revisi
tersebut diharapkan produk pembelajaran yang disusun lebih mudah dicerna oleh
peserta, sehingga mampu menjadi panduan dalam menyusun rancangan pembelajaran
pendidikan jasmani.
6. Uji
Coba Lapangan
Produk
yang sudah direvisi tersebut diuji cobakan lagi pada kelompok lain, setelah
kegiatan dianalisis untuk disempurnakan, begitu seterusnya dilakukan secara
berulang, sehingga diperoleh produk yang lebih sempurna. Langkah pengembangan tersebut secara
sederhana, dapat juga menggunakan model siklus dari penelitian tindakan, yang
meliputi:
1) Identifikasi masalah
2) Analisis dan merumuskan masalah
3) Merencanakan tindakan
4) Melaksanakan tindakan.
D. KESIMPULAN
DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pengembangan pembelajaran
pendidikan jasmani harus didasarkan pada kebutuhan lapangan, sehingga akan
lebih fungsional sesuai dengan kebutuhan pengguna. Langkah pengembangan
tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Melakukan analisis kebutuhan
(2) Melakukan perencanaan
(3) Mengembangkan produk (pembelajaran)
(4) Uji coba produk pengembangan
(5) Revisi produk pengembangan
(6) Uji coba lapangan
2. Saran
Agar
pembelajaran pendidikan jasmani dapat berkembang dengan baik dan benar, guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hendaknya selalu melakukan inovasi
pembelajaran secara terus menerus melalui pelatihan dan perbaikan persiapan
pengajaran serta mengikuti perkembangan teknologi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Annarino, A.A., Cowell, C.C., &
Hazelton H.W. 1980. Curriculum Theory and Design in Physical Education.St.
Louis: Mosby Company.
Borg W. R, & Gall M.D., 1983. Educational
Research; An Introduction. Fourth Edition. New York: Longman.
Depdiknas. 2003a. Kurikulum 2004;
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SD dan MI. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2003b. Kurikulum 2004;
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP dan MTs. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Dikti. 2004. Standar Kompetensi Guru
Pemula Program Studi Pendidikan Jasmani Jenjang S1. Jakarta: Dirjen Dikti
Direktur P2TK & KPT.
PP. Nomor. 19. 2005. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
Wardani, I.G.A.K., Wihardit, K, &
Nasoetion N. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Wiranto Arismunandar, 1999. Masa Depan
Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia. Jakarta: Pusat Olahraga ITB.
Semoga bermanfaat kita semua...Amiin.
BalasHapus